Diberdayakan oleh Blogger.
  • Home
  • About
  • Lifestyle
  • Personal
    • Opini
    • Thoughts
    • Slice of Life
    • Poetry
    • Intermeso
  • Podcast
  • Review
instagram LinkedIn Spotify YouTube Email

Notes of Little Sister





 
Pernahkah kau berpikir, bagaimana rasanya jadi Tuhan?

Tidak, aku sedang tidak mengajakmu berandai-andai kemudian melampaui batas dari apa yang keyakinanmu ajarkan. Ini hanya, metafora. Pertanyaan yang memang tak perlu jawabannya. Tapi kurasa, perlu kutuliskan disini.

Sebab menurutku, manusia adalah makhluk paling kompleks, yang hanya tak diberi mandat untuk menjaga ketertiban alam semesta, tapi juga untuk menjalani kehidupan sebaik-baiknya, dengan segala macam bentuk perasaan yang sepertinya tak pernah berhenti menggerogoti manusia itu sendiri.

Bagaimana ya rasanya jadi Tuhan?

Dia yang melihat gerak gerik kita setiap hari, dia yang menjadi sutradara, sekaligus penulis cerita yang terlihat seperti tak pernah ada episode akhirnya, untuk hidup kita dan makhluk lainnya di muka bumi, yang mungkin sebetulnya bagi kita tak berarti apa-apa. Dia bak nakhoda yang tak akan pernah berhenti berlayar, membawa kami dalam lautan-Nya yang luas untuk mempelajari tentang laut, bumi, dan dasar-dasarnya, hingga cara survive di dalam kapal yang tak ada pintunya, sampai waktunya tepat untuk berlabuh. Tapi, tentu, Tuhan lebih Agung dari apa yang bisa tergapai oleh nalar kita.

Bagaimana ya rasanya jadi Tuhan?

Menyaksikan makhluk-makhluk ciptaannya yang berakal dan berperasaan ini, mengarungi hidup dengan cerita yang beragam. Dari hidup anak tak berdosa, sampai hidup seseorang yang bejad dan kejinya tak masuk akal bagi pikiran kita. Aku penasaran.. sebab, kau tahulah.. Bagi manusia dangkal seperti kita, saat menjumpai seseorang yang kita cintai sepenuh hati, memiliki kelemahan atau pemikiran-pemikiran yang tak selamanya bisa sejalan dengan apa yang menurutmu benar. Kau pasti kecewa, bukan?

Sementara, bagaimana dengan Tuhan yang harus menyaksikan tingkah-tingkah hamba-Nya yang melampaui batas ini setiap detiknya? Melihat kita yang selalu berpaling dari-Nya saat tengah berlimang kenikmatan, melihat manusia-manusia yang berkhianat dan mempersekutukan-Nya, melihat manusia-manusia tak bersyukur yang bahkan tak meletakan Sang Pencipta di hatinya.

Dalam kondisi-kondisi dimana manusia terlihat menjadi makhluk yang paling hina dan dibenci, di sisi lain.. Dia akan tetap menjadi Dzat yang penuh kasih sayang dan menuntun kita dengan plot rancangan-Nya, untuk kemudian belajar memperbaiki diri dan mengenal diri dengan sebenar-benarnya.

Sedang aku..

Kenapa aku harus selalu sedih dan kecewa saat menemui manusia-manusia yang menurutku tak dapat sejalan dengan pemikiranku? Kenapa aku harus selalu marah saat mengetahui akan fakta bahwa manusia adalah makhluk dengan segudang pemikiran yang berbeda dan isi hati yang sulit ditelusuri, adalah kenyataan yang paling menyakitkan? Kenapa aku harus kecewa saat menyadari bahwa kita memang tak bisa sama?

Ya, aku memang bukan bandingan untuk Tuhan. Seperti yang kubilang di awal, ini hanya metafora. Dan poinku bukan ingin disamakan dengan Tuhan.

Justru itu.. kalau kupikirkan, sudah berapa banyak seharusnya Tuhan kecewa dengan tingkah manusia-Nya yang melampaui batas ini? Sudah berapa kali seharusnya Tuhan lebih berhak marah atas keputusan-keputusan hamba-Nya yang menyimpang? Namun Dia tak pernah benar-benar lepas tangan atas kenakalan kita, sebab rasa cinta-Nya yang lebih luas dari planet manapun.

Sedang aku, menemui satu atau dua sesama manusia saja.. yang kompleksnya bukan main, rasa sudah tak karuan. Mengaku cinta, sayang, tapi banyak kekurangan yang kadangkala tak bisa kuterima saat mengetahui kenyataannya. Apa hakku berbuat demikian? Toh Tuhan saja Maha Memaafkan. Dia tak pernah lari sekalipun, jika harus kembali menuntun hamba-Nya untuk yang ke 100.000 kalinya.

Aku sadar itu. Bahwa pada akhirnya, masing-masing dari kita hanyalah persinggahan satu sama lain. Sebab kita sama-sama manusia, yang tak akan bisa sempurna. Selalu punya titik kelemahan, dan titik itu.. yang seringkali tak bisa kita terima, bukan hak kita untuk tak menerima. Bukan hak kita untuk mengatur.

Disinilah aku.. melepas pemikiran-pemikiran idealisku tentang manusia yang hidupnya penuh persimpangan. Karena sudah bukan ranahku lagi untuk memaksakan ini. Maksudku, aku bukan Tuhan yang bisa selalu mencintai dan menerima hamba-Nya yang ingin kembali, dalam kondisi apapun. 

Yah, siapa aku? 

Karena aku tak pernah tahu, dan tak akan bisa tahu, rasanya jadi Tuhan. 
Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar
 
Cuma Cerita #3

Halo, guys! Nggak terasa sudah memasuki bulan April. Bulan Maret lalu tuh rasanya kayak roller-coaster buat gue. Gimana nggak? Orang emosi gue berasa diaduk-aduk tiap hari. Hari ini happy, besok bisa sedih, bingung, stress seketika, begitupun sebaliknya. But you know what? Akhir bulan Maret kemarin, hidup gue bener-bener plot-twist! Why? Mungkin nanti gue akan ceritakan dalam satu post khusus. Iya, nanti, kalau waktunya sudah pas😳

Beberapa plot-twist yang bisa gue ceritakan sekarang adalah, selain gue dapat hadiah sebagai juara kedua dari CR Challenge ke-3 nya kak Eno (thank you kak Eno!😍), akhir bulan kemarin gue dapat kiriman buku dari Mbak Thessa yang nggak pernah gue kira sebelumnya. Ada yang bisa tebak?

Cuma Cerita #3

Yuhuuu i got JK Rowling's Wizarding World's book for creatures edition y'all! I was so excited waktu pertama kali dapat email kalau mbak Thessa mau kirim sesuatu untuk gue, dan semakin excited saat paketnya sampai beberapa hari kemudian. How sweet mbak Thessa🤧

Beberapa creatures dari film Harry Potter di bawah ini mungkin familiar buat teman-teman yang udah pernah nonton seri Harry Potter. Sebenernya gue juga punya sih favorite magical creatures dari film Fantastic Beast, contohnya Bowtruckle (si tanaman kecil ijo-ijo itu yang suka masuk coat si Newt😆), tapi gue lupa foto😭 sawry.


Hedwig!

Dementors, makhluk yang pingin banget gue temuin, tapi juga gue takutin. Gimana dong?:(

Merpeople, atau putri duyung (bukan temannya dombah). Walaupun lebih mirip siren dan serem, somehow gue selalu suka sama duyung-duyungan. Keren aja gitu bisa napas di dalem aer, apalagi gue nggak bisa berenang😬

Hippogrif, yeay! Atau kalau dalam film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, namanya Buckbeak😍

Gue nggak pernah terima hadiah apapun related to Potter(head)-World sebelumnya, jadi gue nggak bisa berkata-kata waktu terima hadiah buku ini. Dan sejujurnya buku ini bener-bener bisa jadi obat melek gue dari skripsi yang belum juga kelar, ehe. Terima kasih untuk gift-nya mbak Thessaa, it means a lot to me😍🤧💕

Anyway, dengan dimunculkannya kembali segmen Cuma Cerita, udah jelas lah yaa bahwa ini artinya gue lagi kehabisan topik buat dibagiin😆. Maka dari itu, hari ini gue purely mau cerita aja. Lebih tepatnya, mau misuh-misuh kali ya. *HWEELPP izinkan gue misuh-misuh hari ini.

Yang pasti bulan ini gue mulai bakal ilang-ilangan lagi seperti sebelumnya, karena banyak hal yang harus gue urus dan selesaikan. Seperti hari ini, gue lumayan menyesal karena lambat mengerjakan sinopsis atau summary skripsi gue yang harus ditulis dalam bahasa Jepang (padahal udah disuruh dari minggu kemarin). Sejujurnya, awalnya gue cuma mau istirahat sebentar aja setelah kirim-kirim email untuk ngasih lihat progress gue, eh tapi malah bablas angine, rek! Sama seperti quotes dari IG yang gue screenshot dan gue simpen di galeri hape tapi nggak pernah dilihat lagi: once you quit, it will becomes a habit. *kurang lebih begitulah yaa.

Indeed, almost in eeeeeevery aspect.

Itulah, kalau sekalinya jeda atau istirahat, pasti bakal keterusan. Sebenernya nggak apa-apa juga sih, it's really necessary for you take a breath while doing something important. Sejam, dua jam, sehari, it's okay. Asal jangan nambah jadi dua hari, tiga hari, kayak gue. Akhirnya gue pun harus bergelut melawan monyet-monyetnya Tim Urban di kepala gue yang maunya cuma leha-leha aja. Apalagi ngebayangin tulisan-tulisan kanji dan kumpulan pola kalimat buat penulisan ilmiah yang udah lama banget nggak gue jabanin, berasanya udah meledak duluan otak gue. Tapi mau gimana lagi, ya harus dikerjain duoonggg. Gue juga kesel sendiri soalnya, kalau semakin banyak hari yang dilewatin tanpa hasil. Jadilah, sesuai dugaan gue, pada 400 kata pertama kepala gue mumet cekat-cekot kayak mau pecah. Masalahnya udah satu tahun lebih cuy sejak terakhir kali gue belajar Bunsho Sakuseiho dan kawan-kawannya di semester 7. Itu semester 7 lho, sekarang udah lewat berapa semester. Alemong gimana gak bodoh gue🙃

Dengan demikian, gue cuma mau bilang, bulan April ini mungkin akan jadi bulan berikutnya yang penuh dengan plot-twist, which i completely have no clue what it is. Jadi, mungkin gue akan kembali ilang-ilangan seperti sebelumnya. *Eh, perasaan gue udah bilang ya di atas? 

I also need to figure out all the plans ahead, karena semakin dekat kita dengan pertengahan tahun, semakin besar juga tanggungjawab dan rencana yang harus gue susun untuk masa depan.

Semoga kita bisa melalui bulan ini dengan lebih mindful, ceria dan penuh kesabaran ya, teman-teman! Jangan lupa dengarkan episode terbaru podcast gue di postingan yang sebelumnya, dan mungkin postingan setelah ini. Karena sepertinya untuk sementara waktu gue bakal lebih sering update podcast, daripada tulisan baru. You know what i mean😔 Yeah, gue punya lumayan stok tulisan untuk podcast soalnya. So, sorry banget kalau gue belum sempat balas komen teman-teman, ya😟

Akhir kata, terima kasih sudah mau mendengarkan keluh kesah gue. Selamat beraktivitas, gengs!
Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar


A little note untuk teman teman yang mengakses postingan ini via PC, teman teman bisa langsung klik aja gambar di bawah untuk mendengarkan. So, enjoy:)

Kenang Untuk Nanti


Semburat senyum terukir di bibirku saat membayangkan masa-masa muda yang cukup memalukan, namun indah untuk dikenang. Wajah-wajah penuh tawa mereka, kawan-kawan yang dulu senantiasa mewarna hari di komplek lestari, lalu di masa dimana cinta terasa persis seperti judul lagu band, dan kawan-kawan yang sampai saat ini masih setia bertengger di kontak whatsapp-ku,  hingga mereka yang namanya tak lagi ingin kuingat.

Waktu cepat berlalu, ya. Dalam masa-masa sulit seperti ini, rasanya kegiatan nostalgia menjadi satu-satunya hiburan yang cukup menenangkan untuk menyadarkan, bahwa hari ini akan menjadi kenangan, dan setidaknya, selama napas masih terasa di rongga-rongga hidungku, ada celah harapan di hari esok yang mesti kusongsong, pada usaha-usaha yang akan kuemban. 

Namun dalam beberapa kondisi, seringkali harapan yang menyembul itu tetap tak mengaburkan ketakutanku akan kegagalan-kegagalan yang menanti.

Apa aku bisa melewati itu? Apa aku bisa untuk tak mengulang khilaf yang disengaja atau tidak? Tanyaku pada layar imaji di dalam kepala. Bahkan sampai pada titik dimana aku takut akan ketakutan yang mungkin kualami di hari-hari berikutnya. Ya, aku takut akan takut.

Aku takut, kenangan.
Aku ragu, diri kecil.
Aku hanya ingin terus menyaksikanmu di layar pikiranku, melihat tawa-tawa tak berdosa dirimu diiringi dengan kolase video yang seolah menampilkan pertumbuhanmu seiring bertambahnya usia. Aku hanya ingin disana, menikmati masa-masa indah itu sebelum kelu seperti hari ini.

Kemudian, saat mataku tengah kosong di tengah realita, pikiran akan setumpuk tanggungjawab tiba-tiba berkelebat menutupnya. Aku takut lagi. Sesuram itukah masa depan? Sampai-sampai aku tak bisa mengintip sedikitpun peristiwa menyenangkan yang mungkin akan aku dapatkan lewat celah-celah di kepalaku?
Seperti mesin waktu milik Doraemon?

Terlalu menakutkan rupanya realita bagi manusia dewasa. Berbagai penolakan, perbandingan, penghargaan, sampai pada pertanyaan-pertanyaan kosong dari orang-orang yang tak benar-benar peduli mesti kutelan setiap hari. 

Ada kalanya telinga ini lelah, ada kalanya mulut ini juga penat meladeni tingkah-tingkah. Namun ada kalanya diri ini pun lelah, berjibaku dengan ketakutan yang berasal dari antah berantah bernama bawah sadar. Sudah jelas semua ini hanya ketakutan dan kekhawatiranku.

Mungkin seharusnya aku abai saja. Menjadi manusia merdeka yang tak peduli kenihilan, melainkan menjadikan gambar-gambar di kepalaku sebagai motivasi meski hanya secuil.

Yah.. seringkali kita terlelap dalam gemerlapnya kenangan, terlalu ingin kembali kesana, karena kenyataan yang semakin sulit untuk diterima. Padahal, kenyataanmu saat ini datang dari sebuah pemikiran dan.. mungkin saja ketakutan yang menghentikanmu dari langkah-langkah besar kehidupan. Bukan masa depannya yang menyeramkan, tapi alam itu.. pikiranmu. Pikiranku, yang selalu menjadi dalang atas cerita-cerita tanpa akhir.

View this post on Instagram

A post shared by Just Words (@notesoflittlesister)


Tak apa bernostalgia sesekali
Asal tak lupa untuk kembali
Benahi apa yang sempat terhenti 
Agar ada yang bisa dikenang nanti.. 

Kelak, ceritakan ragam juang yang tak henti
Sebagai nasihat untuk si buah hati
atau pengingat bagi dia yang di sisi
Bahwa sudah sehebat ini kita berdikari..

o.o

Backsound: Time Will Tell, Lea Lewis 
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
My Top 3 Favorite Bloggers

Hi, folks! Gue kembali dengan postingan khusus untuk #CR Challenge ke-3 yang diselenggarakan oleh kak Eno. Kali ini temanya adalah 3 bloggers favorit atau idola yang bisa dibilang menjadi panutan gue dalam dunia blogging. Sebetulnya gue paling nggak bisa disuruh memilih kayak gini, guys😂. Lebih baik satu, atau nggak sama sekali. Karena semuanya bagusss dan favorit! I mean, kalau blog teman-teman bukan blogger favorit gue, gue nggak akan bolak balik berkunjung ke blog mereka, bukan? Ini serius, suwer, not gonna lie😁✌🏻

Karena itu, gue akhirnya memutuskan untuk memilih tiga blogger idola yang nggak hanya gue ikuti di dunia blogosphere, tapi juga di platform lain karena influence-nya yang menurut gue cukup kuat di beberapa platform tersebut. Here it is, kita mulai dari peringkat ketiga!

3. Innnayah

Credit: Innayah.com

Mbak Innnayah adalah seorang engineer dan blogger perempuan, yang selain aktif di dunia blog, juga aktif membuat konten di YouTube, Instagram, dan konten Podcast "Beropini". Nggak hanya itu, mbak Innnayah juga adalah seseorang yang sangat passionate di bidang videografi dan sinematografi. Karena itu, udah banyak banget penghargaan yang diraih beliau di ketiga bidang tersebut, blog, videografi dan sinematografi. Keren abizz, khan!😭

Seingat gue, gue pertama kali kenal beliau lewat IG Story Komunitas Blogger Perempuan yang pada saat itu lagi nge-share salah satu postingan blognya. Karena penasaran, gue follow dan gue ikutin juga blognya. Ternyata mbak Innayah orangnya kreatif dan asik😍. Bukan karena gue udah kenal deket sama dia, sih😁. Tapi karena konten yang diproduksinya beragam dan memang asik, dari mulai traveling, book talks, dan konten memasak. Gue ingat pernah dm beliau buat nanyain resep membuat dimsum yang mbak Innnayah share di IG Story gara-gara mupeng alias muka pengen🤣, dan dibalas ramah oleh mbak Innnayah. Sampai-sampai gue juga ngikutin hampir setiap rekomendasi netflix lewat Instagramnya, dan juga follow akun apato/apartemen minimalisnya sebagai referensi kalau suatu hari gue mau menyewa apartemen mini juga.

Bahkan yang terakhir gue ingat, mbak Innnayah sekarang lagi aktif buat konten gaming di YouTube-nya😆. Nggak tau lagi deh ini, apa resepnya mbak Innnayah bisa kreatif kayak gini😍. Kerja iya, membuat video, podcast, dan menulis di blog juga iya. Ditambah, tahun ini mbak Innnayah juga sedang berusaha mendirikan perusahaan sendiri. Mantappu djiwa👏🏻 *eh, sori gue bukan Trampolin (i  mean.. Jerome Polin😗)

Buat gue, mbak Innnayah adalah salah satu representasi blogger perempuan yang empowering dan brilliant, karena dia mampu menyesuaikan diri dengan berbagai platform di era digital dan berkontribusi di dalamnya, bahkan dapat menyeimbangkannya dengan pekerjaan utama dan pendidikan. Gue sendiri merasa susah untuk bisa balance dengan semua itu, pekerjaan, pendidikan, dan juga passion, but she nailed it. That's why, dia adalah salah satu idola gue dalam dunia blogging.

Kalau penasaran, teman-teman bisa klik link di bawah ini untuk berkunjung ke blog Mbak Innnayah!

Innnayah.com

Eh iya, mbak Innnayah juga punya situs khusus untuk passion videografi dan sinematografi-nya tersebut. Here's the link:

www.cinematic.id

2. Fellexandro Ruby

Credit: maubelajarapa.com

Iyess, yang kedua adalah Fellexandro Ruby! Seorang pengusaha dan content creator ini juga pada awalnya meniti karir sebagai seorang blogger. Kalau teman-teman tau dengan situs wanderbites.com, Fellexandro Ruby adalah orang di balik website tersebut. Ia memulai petualangan sebagai food photographer/food blogger saat dirinya masih bersekolah di Australia. Sampai tahun lalu blog-nya masih aktif, gengs! Dan sekarang ditambah satu dengan personal website-nya. Jadi, Fellexandro saat ini punya dua akun, selain fokus dengan food and travel, beliau juga fokus membagi ilmu tentang life skills di Instagram @fellexandro. Mungkin kebanyakan teman-teman kenal beliau lewat akun yang satu ini, begitupun dengan gue pada awalnya😁.

Seperti halnya konten-konten beliau di Instagram, YouTube, dan Podcast "Thirty Days of Lunch"-nya di Spotify, Fellexandro Ruby juga aktif membagikan pemikirannya di blog soal life-skills, seperti pengembangan diri, passion, karir, dan finance.

Satu hal penting yang baru-baru ini gue pelajari dari dia adalah, di saat orang-orang di internet gembar gembor untuk mengajak berinvestasi sedari muda, Fellexandro Ruby justru lebih mengajak kita, khususnya anak-anak muda untuk membuka mindset seputar pengelolaan keuangan, atau istilahnya money mindset. Bukan hanya agar followers-nya ikut-ikutan investasi, tapi agar kita bisa paham, dan punya alasan serta mindset  yang kuat, "kenapa mau berinvestasi? Kenapa investasi disitu? Apa tabungan lo udah cukup? This and that." 

Lagipula investasi itu sendiri ada banyak sekali bentuknya. Daripada maksain investasi keuangan di platform yang nggak aman dan nggak sepenuhnya kita mengerti, better investasi untuk upgrade soft-skill dan pengetahuan kita, supaya nanti ketika kita akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia per-investasi-an, kita punya fondasi yang kuat. Sebetulnya ini juga yang gue pelajari dari blog kak Eno, setiap kali kak Eno share pemikirannya soal financial. Jadi, untuk anak muda yang awam kayak gue, bisa lebih melek soal ini dan nggak asal ikut-ikutan trend di balik slogan "investasi sejak dini".

Here's the link:

FellexandroRuby.com

1. Tim Urban

Akhirnyaa, sampai juga di nomor satu! (Haha iya, emang sebanyak apa nomornya, Awl🤣). Pilihan nomor satu jatuh kepada Tim Urban. Ada yang penasaran, atau ada yang udah pernah dengar nama ini? Wait, Tim Urban yang gue maksud bukan aktor atau penyanyi ya😂 Siapa sih doi? 

Dugundugundugundugundugunnnn🥁🥁🥁

Kalau teman-teman pernah nemu atau nonton video Ted yang ini di YouTube: "Inside the Mind of A Master Procrastinator"


Yapp, mungkin tebakan kalian benar! Pembicara pada video itu adalah Tim Urban, salah satu pemilik blog Wait But Why dan ilustrator asal Massachusetts yang aktif menulis tentang segala hal, dengan cara yang unik dan kreatif. Ia mendirikan situs tersebut pada tahun 2013 bersama Andrew Finn, rekannya.

Wait But Why sukses mendemonstrasikan bahwa penulisan yang kompleks dan panjang masih dapat menonjol di dunia online yang saat ini dipenuhi dengan clickbait. Karena tipikal postingannya melibatkan diskusi panjang tentang berbagai topik, termasuk kecerdasan buatan, luar angkasa, dan procrastinate (menunda-nunda), bahkan hingga karir. Bisa dibilang, ia salah satu blogger yang menginspirasi gue untuk nggak takut menulis postingan yang panjang, selama itu bermanfaat dan nggak keluar dari konteks yang dibicarakan. Karena, dengan itu juga gue bisa mengekspresikan diri gue secara lebih bebas.
 
Dengan ilustrasi wry stick-figure (figur tongkat dengan ekspresi yang masam), dikombinasikan dengan prosa epik yang terkadang dituliskannya, Wait But Why, telah mengumpulkan jutaan tampilan halaman unik, ribuan pengunjung, dan penggemar terkenal seperti Elon Musk. Iyap, Elon Musk!😱 Melalui topik baru mereka yang berfokus pada science dan technology saat itu. 

Karena ketertarikannya terhadap Wait But Why, pada bulan Juni 2015, Elon Musk bahkan meminta kepada Urban apakah dia bersedia menulis tentang perusahaannya dan industri di sekitarnya, yang akhirnya memunculkan serangkaian empat seri postingan tentang Musk dan perusahaannya di situs Urban. Urban mewawancarai Musk beberapa kali, dan keduanya membahas transportasi berkelanjutan, energi matahari, dan masa depan eksplorasi ruang angkasa. Pengalamannya bekerjasama dengan Musk pertama kali ia gambarkan sebagai berikut.







Jujur gue suka banget dengan blog ini, terlebih ilustrasinya yang lucu dan menggemaskan. Terlihat effortless, tapi tentu selalu punya cerita di setiap postingannya😆. Salah satu postingan favorit gue masih dirajai oleh "Why Procrastinator Procrastinate", tema yang ia bawa pada seminar TedTalks. Tim Urban menggambarkan orang yang suka menunda-nunda dan tidak sebagai Rational-Decision-Maker (Pembuat Keputusan yang Rasional) dengan ilustrasi di bawah ini.




Seperti yang terlihat pada gambar, Pembuat Keputusan yang Rasional dalam otak orang yang suka menunda-nunda, hidup berdampingan dengan hewan peliharaan—yakni Monyet Pemuasan Instan. Monyet ini yang mengambil alih kemudi dengan mengalihkan fokus Si Rasional kepada hal-hal yang menyenangkan dan melenakan sampai dia lupa dengan tugas-tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya. 

Dan hal ini sering banget terjadi kepada gue. Kalau digambarkan, mungkin percakapan yang ada di kepala gue akan menjadi seperti ini:

Si Rasional: "Ah iya, gue belum ngerjain tugas! Deadline-nya kan hari Senin."

Monyet: "Sans, bro. Kita nonton YouTube dulu. Daftar tontonan lo masih banyak, nih. Hari Senin kan masih minggu depan😏."

Si Rasional: "Oh iya. Ok, bro👌🏻."

Terus kapan Monyet Pemuasan Instan ini berhenti nyetir kemudi kita?

Dia akan berhenti kalau Panic-Monster alias deadline datang mendekat.

Wkwkwkw, lucu kan ilustrasinya🤣

Setelah itu, yang terjadi adalah monyet tersebut lari meninggalkan Si Rasional yang kini harus berkutat dengan setumpuk pekerjaan dicampur kepanikan menjelang due date. 

Entah saking kreatif idenya atau menggemaskannya ilustrasi tersebut, konsep ini menjadi tertanam di kepala gue. Jadi, setiap kali gue lagi menunda-nunda pekerjaan, gue pasti akan langsung kepikiran sama si monyet pembuat onar. "Alah, ini pasti gara-gara monyet di kepala😔". Gue sampai  buat tulisan di dinding kamar gue yang tulisannya begini, "DON'T LET THE MONKEY TAKE THE WHEEL!" Efektif, nggak? Banget. Tapi hanya saat gue lagi sadar😅🤦🏻‍♀️

Anyway, gue sangat mengagumi blog Wait But Why sampai berlangganan newsletter-nya supaya nggak ketinggalan kalau ada  informasi atau postingan terbaru😍. Ini dia link-nya in case teman-teman malas scrolling lagi ke atas😂: Wait But Why

o-o

Jadi, gimana dengan kamu? Apakah ada di antaranya salah satu blogger favoritmu? Kalau nggak, yuk sharing siapa saja blogger idolamu di kolom komentar di bawah!😁
Share
Tweet
Pin
Share
18 komentar
Buku dan Kucing

Sebetulnya tulisan ini adalah rekap untuk bulan Februari, atas beberapa hal yang sangat lekat dengan gue di bulan itu. Namun seperti yang teman-teman sudah tau, gue nggak punya waktu untuk menulis postingan baru, jadilah akhirnya gue baru bisa tulis sekarang. Kalau ada yang tanya, what things i like or i miss the most from this month, jawabannya mungkin jatuh pada dua hal, yakni Buku dan Kucing. Yepp, karena bisa dibilang pada bulan itu waktu gue cukup penuh dengan kehadiran mereka.

Setelah sekian lama nggak beli buku fisik ke Gramedia, akhir bulan Januari lalu gue akhirnya menyempatkan kesana dan membeli buku self-development berjudul You Do You karya Fellexandro Ruby. Gue udah lama banget pingin beli buku ini sejak tau beliau mau menerbitkan buku. Since dia adalah satu-satunya pengusaha sekaligus content creator yang gue ikuti saat ini, gue excited banget untuk bisa membaca buah pemikirannya yang keren di dalam satu buku. Dan yang membuat gue semakin ingin membeli buku itu adalah, karena isinya per bab dan masing-masing bab punya bahasan yang sama pentingnya, pembaca nggak dipaksa untuk harus menamatkan setiap bab dalam sekali baca. Jadi, gue pun bisa lebih leluasa untuk bagi-bagi waktu dengan kegiatan lainnya.

Sesuai dengan tagline-nya, discovering life through experiments and self-awareness, gue nggak merasa digurui oleh buku ini untuk punya pemikiran yang saklek sama dengan penulisnya. Justru beliau mengajak gue untuk lebih meningkatkan self-awareness dan membuka ruang perspektif yang lebih luas tentang goals, pengembangan diri, karir, tips investasi, dsb. Salah satu buku paket komplit yang saat ini sedang gue butuhkan, karena nggak cuma membahas satu atau dua hal yang berkaitan dengan pengembangan diri, tapi semuanya sekaligus, dengan porsi yang pas, nggak kelebihan, nggak juga kekurangan buat pembaca yang lebih suka straight forward kayak gue.

Selain itu, gue akhirnya bisa melanjutkan buku bacaan Origin gue yang sempat tertunda, salah satu novel installment karya Dan Brown yang udah lama banget terkatung-katung nggak gue tamatin. Walaupun butuh waktu dua minggu, gue senang karena setidaknya bisa kembali mencicipi aroma buku dan kamper jadi satu, saking lamanya tersimpan di rak. Biasanya gue jarang sih namatin buku yang udah lama nggak dilanjutin, tapi rasanya untuk buku ini pengecualian. Karena dia berhasil bikin hidup gue terasa nggak lengkap kalau gue nggak tau ending-nya seperti apa, apa yang terjadi sama Robert Langdon dan Ambra Vidal. Siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan Edmond Kirsch? Apa sebenarnya semua itu cuma konspirasi? Skenario itu kayak kebayang-bayang di kepala gue, dan semakin mengganggu setiap kali gue lihat bukunya bertengger di rak buku. Jadi, gue pikir nggak ada alasan untuk nggak melanjutkan bacaan ini di saat senggang.

Hal kedua yang membuat hari-hari gue terasa penuh adalah kehadiran kucing. Sebetulnya kucing di sekitar kost-an gue tuh banyaaaaaakk banget, tapi anehnya gue baru merasa punya keterikatan akhir-akhir ini. Sampe-sampe gue meragukan diri sendiri. Apa gue memang secinta itu sama kucing? Kok kayaknya gue sering acuh tak acuh ya sama mereka? Padahal jawabannya karena pintu rumah di kost-an gue sering tertutup, jadi kucing-kucing itu nggak ada yang bisa masuk kesana, kecuali kalau dibuka *ya iyalah*. Dan mungkin karena gue tipe orang yang nggak bisa menunjukan afeksi gue, (iya, even terhadap kucing!), jadi susah untuk gue menemukan waktu yang pas dimana saat itu hanya ada gue dan kucing-kucing ini. Makanya,  kalau ngasih makan tuh paling gue cuma kasih aja di piring kecil, setelah itu gue tinggal pergi atau masuk lagi. Tapi sekitar dua bulan pertama di tahun ini, semuanya terasa sedikit berbeda. Teman gue kan sempat pindah ke kost-an yang bentukannya mirip asrama. Disana juga nggak kalah banyak kucing kampung berkeliaran, tapi dengan lingkungan yang lebih terang dan lebih bebas. Bahkan mereka ini sering banget asal masuk ke kamar-kamar penghuni. Karena gue suka dengan lingkungannya, gue sering main kesana, sekalipun untuk sekadar menatap langit dari bawah jendela.

Kemudian, ada satu kucing betina yang sering banget ngeong-ngeong di depan kamar kost teman gue. Dibandingin kucing-kucing lain yang barbar, kucing ini cenderung lebih sopan dan friendly. Karena saat itu dia lagi bunting besar, jadilah kami namai dia bumil.

Buku dan Kucing
Hi, guys! Nama gue bumil! Ini waktu gue udah ngelahirin. Lihat, kan, perut gue lebih kempes?

Foto di atas itu foto favorit gue dari sekian banyak foto dia, btw. Suasana di belakangnya kayak foto-foto di Jepang yang sering gue lihat di twitter. Apa karena filternya ya? Haha, nevermind.

Akhirnya, gue dan teman gue sepakat untuk memberi makan dia dan beberapa kucing lain di sana, serta membantu sampai anak-anaknya lahir, minimal sampai mereka bisa jalan sebelum kami benar-benar pindah kost nantinya. Nah, karena gue cuma datang sesekali kesana, jadi gue nggak bisa bantu-bantu banyak waktu teman gue buatin rumah dari kardus khusus untuk bumil dan anak-anak bayinya. Maka, hubungan kami pun nggak terlalu dekat. Kadang bisa love-hate relationship juga, soalnya gue alergi debu dan bulu-bulu, jadi gue nggak bisa dekat-dekat terus sama mereka. Tapi di hati gue yang paling dalam, gue sayang banget sama kucing ini. Walaupun kadang sok kelihatan judes, karena ngebatesin makan😅 Abis mereka cepet banget yak lapernya, lama-lama tekor juga🤧 *padahal bukan gue juga yang beli makanannya, hadeuh🙄*.

Singkat cerita, setelah beberapa minggu, lahir deh si kucril-kucril ini!

Buku dan Kucing
The kittens!

Buku dan Kucing
Kalau nggak salah, ini waktu umurnya udah masuk 3 atau 4 minggu. Soalnya mereka udah bisa main dan lari kesana kemari.

Buku dan Kucing


Sejujurnya dua bulan itu waktu yang terlalu singkat untuk gue punya waktu bareng mereka. Gue bahkan sedikit menyesal, kenapa nggak mengenal kucing-kucing ini lebih cepat sebelumnya. Dan kenapa gue terlalu introvert walaupun sama kucing doang (gak tau ini lucu apa gimana, but i'm being honest with you guys😭). Kok gue jadi kayak cowok-cowok drakor yang dingin tapi hatinya hello kitty ya😟.
 
Kalau teman gue lagi pergi dan dia titip makanan kucing ke gue, kayaknya itu waktu-waktu yang priceless dimana mereka bisa deket banget sama gue. Iya, soalnya kalau ada teman gue pasti mereka lebih sering ngintil temen gue, mungkin karena dia yang tiap hari ketemu kali ya.

Buku dan Kucing


Biasanya kalau kami lagi masak-masak atau makan bareng, si bumil, bu barbar (ini kucing betina saudara bumil yang galak banget waktu pertama ketemu, makanya dinamai bu barbar), dan beberapa kucing lainnya pasti ngerecokin. Dan jujur gue kangen banget momen-momen itu, bersamaan dengan suasana lingkungannya yang bikin tenang dan nyaman.

Saking sayangnya, kami sempet sedih banget dan nangis waktu mau ninggalin mereka. Takut bahwa bumil, anak-anak dan kawan-kawannya nggak terawat dengan baik😫. Tapi setelah itu kami juga saling menguatkan dan percaya, bahwa mereka pasti ada yang jaga. Bahkan sebelum kedatangan kami, bumil dan kucing-kucing lainnya masih bisa hidup dengan damai dan sehat.

Kebetulan beberapa hari yang lalu sempat viral sebuah video dimana seorang bapak membunuh kucing yang berkeliaran di sekitar tempat kerjanya. Menyalahkan satpam disana karena nggak menyingkirkan kucing itu sebelumnya. Gue sedih banget kenapa ada orang-orang semacam ini di muka bumi😫 They just want your food and your affection, anyway. Makhluk ini hidup berdampingan dengan kita bukan untuk disiksa, dikuliti, dibunuh, dijadikan mainan, tapi untuk disayangi😭 Even if you don't wanna pet them, just don't give them a single thought of wanting to hurt and end their life. I mean, they're just cats😿 Kok bisa? Gue nggak habis pikir.

Semoga Tuhan membalas perbuatan-perbuatan yang lebih binatang dari binatang sebenarnya ini.

Buku dan Kucing

Buku dan Kucing

Gue harap bumil dan kucing-kucing lainnya disana selalu sehat dan gak kekurangan suatu apapun. Semoga juga banyak penghuni baru yang ngisi tempat disana dan kasih dia makanan. Gue kangen bangettt mereka!😭😿

Untungnya disini gue masih punya Ican, si gembul di rumah yang makin hari udah kelihatan makin tua. Setidaknya sosok kehadiran kucing nggak lepas dari hidup gue. Kapan-kapan gue share tentang dia juga, deh. Sori nggak ada fotonya, soalnya doi belum mandi😝
Share
Tweet
Pin
Share
18 komentar
Newer Posts
Older Posts

Are you new here? Read these!

  • Setara Belajar, Belajar Setara
  • Bukan Salah Indonesia
  • Childfree yang Diperdebatkan
  • Kenapa Kita Misoginis?
  • Marah-Marah Virtual: Gaya Ospek yang Regresif
  • Just Listen
  • Terlalu Besar Untuk Gagal

About me

About Me

An INTP-T woman | Basically a logician | Addicted with everything imaginative and classic; especially classical music | Potterhead, no doubt.

My Podcast

Newsletter

Get new posts by email:

Popular Posts This Week

  • Di Balik Angkasa
  • by.U: Solusi #SemuanyaSemaunya
  • Become a Fighter
  • Goodbye Wasteful Life, Welcome Minimalism
  • Menjadi Manusia
  • Kenapa Kita Misoginis?
  • Setara Belajar, Belajar Setara
  • How I See Feminist as a Muslim
  • 2020 Wrapped: Top 3 Genre For You
  • Romantisisasi Generasi 90-an

Blog Archive

  • ▼  2024 (2)
    • ▼  Oktober 2024 (1)
      • Posture Perfect: How Wearing a Waist Trainer Can I...
    • ►  Agustus 2024 (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari 2023 (1)
  • ►  2022 (9)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (2)
    • ►  Februari 2022 (2)
  • ►  2021 (30)
    • ►  Desember 2021 (1)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  Juli 2021 (3)
    • ►  Juni 2021 (2)
    • ►  Mei 2021 (2)
    • ►  April 2021 (3)
    • ►  Maret 2021 (5)
    • ►  Februari 2021 (1)
    • ►  Januari 2021 (5)
  • ►  2020 (46)
    • ►  Desember 2020 (4)
    • ►  November 2020 (6)
    • ►  Oktober 2020 (5)
    • ►  September 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (10)
    • ►  Juli 2020 (8)
    • ►  Juni 2020 (4)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (10)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (8)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Agustus 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (1)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Februari 2018 (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  November 2017 (1)

Pengikut

Categories and Tags

Intermeso Krisis 1/4 Abad Opini Perempuan Podcast Poetry Review Thoughts digital marketing karir lifestyle slice of life

About • Disclaimer • Privacy • Terms and Conditions
© Notes of Little Sister by Just Awl | Theme by ThemeXpose | All rights reserved.